Senin, 17 Juni 2013

ABSTRAK Fitroh, Ismaul. 2012. Jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Tunjungrejo Lumajang (1965-1982). Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. Nur Hadi, M.Pd, M.Si, (2) Drs. Marsudi, M.Hum. Kata kunci: Jemaat, GKJW, Tunjungrejo Lumajang. GKJW Tunjungrejo memiliki jemaat terbanyak diwilayah Lumajang, karena Tunjungrejo merupakan desa Kristen. Desa Tunjungrejo sebagai desa Kristen ini terkait dengan awal mula desa Tunjungrejo yang disebut sebagai desa pertobatan. Jumlah penduduk yang mayoritas beragama Kristen ini meningkat setelah peristiwa G 30/S yang terjadi pada tahun 1965. Latar belakang inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang Jemaat GKJW Tunjungrejo Lumajang (1965-1982). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah latar belakang berdirinya GKJW Tunjungrejo?, (2) bagaimanakah perkembangan GKJW Tunjungrejo 1965-1982?, (3) Bagaimanakah hubungan gereja dengan lingkungan dan dan peranannya dibidang pendidikan? Dengan demikian, maka tujuan penelitian mengenai Jemaat GKJW Tunjungrejo ini disesuaikan dengan rumusan masalah diatas, yaitu (1) untuk mendiskripsikan latar belakang berdirinya GKJW di Tunjungrejo, (2) untuk mendiskripsikan dan menganalisis perkembangan GKJW di Tunjungrejo 1965-1982, (3) untuk mengetahui hubungan gereja dengan lingkungan dan peranannya dibidang pendidikan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah terdiri dari 4 tahap yaitu (1) heuristik, (2) kritik, (3) Interpretasi, (4) Historiografi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdirinya GKJW dipelopori seorang mantan guru Injil dari Kertorejo dan pembuka hutan Tunjung Putih yang bernama Brontodiwirjo. Brontodiwirjo menyebarkan agama Kristen Protestan dan diangkat menjadi guru Injil di pedukuhan Tunjung Putih, sehingga banyak orang-orang yang memeluk agama Kristen, hal itu yang menyebabkan dibangunnya rumah ibadah yang layak untuk para Jemaat Tunjungrejo. Warga jemaat Tunjungrejo terus bertambah, apalagi setelah terjadinya peristiwa G 30/S pada 1965 yang terkenal dengan istilah baptisan masal. Peningkatan jumlah jemaat ini, tidak di imbangi dengan pelayanan gereja yang memadai, sehingga jemaat kurang memahami iman Kristen. Dengan keadaan seperti itu, memberikan dampak pada penurunan warga jemaat Tunjungrejo yang terjadi pada 1971. Saran bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat membahas mengenai perkembangan GKJW di wilayah Tunjungrejo Lumajang tahun 1932-1954. Batas temporal tahun 1932 karenaGKJW diakui oleh pemerintah Belanda yang menyebut persekutuan gerejawi dengan Oost Javaansche Kerk. Tahun 1954 GJW Tunjungrejo barulah memiliki pendeta yang pertama yaitu Pdt. Renggo. ABSTRACT Fitroh, Ismaul. 2012. The congregation Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Tunjungrejo Lumajang (1965-1982). Thesis, Educational Studies of History Program, Department of History, Faculty of Social, State University of Malang. Advisors: (1) Drs. Nur Hadi, M.Pd, M.Si, (2) Drs. Marsudi, M.Hum. Keywords: Congregation, GKJW, Tunjungrejo Lumajang. GKJW Tunjungrejo has the most assemblies in a district of Lumajang, because Tunjungrejo is a Christian village. It is caused by this village was called as a repentance village. Amount of the villagers which was Chritian have increased after G 30/S happening in 1965. This background inspired the researcher to do a research about the congregation of GKJW Tunjungrejo Lumajang since 1965 until 1982. The problem formulations in this research are: (1) how was the background of building GKJW Tulungrejo?, (2) how was the improvements of GKJW Tulungrejo since 1965 until 1982?, (3) how is the relation between the church and the environment also its role in education? So the aims of this research about the congregation of GKJW Tulungrejo which is compatible with those problem formulations are (1) for descripting the background of building GKJW in Tulungrejo, (2) for descripting and analizing the GKJW’s improvements since 1965 until 1982, (3) for knowing the relation between the church and the environment also its role in education. Research method that has been used is historical research method. This method consists of 4 phases, such as (1) heuristic, (2) critical, (3) interpretation, (4) historiography. The result research shows that the building of GKJW is caused by an ex-Gospel teacher from Kertorejo and forest Tunjung Putih breaker who named Brontodiwirjo. Brontodiwirjo has spread Protestan and been raised as a Gospel teacher in Tunjung Putih hamlet, so many people were Christian, this is the reason which cause many decent houses to pray for Tunjungrejo’s assemblies been built. The assemblies increased, moreover after G 30/S happening in 1965 which was famous as massive baptismal. Amount of assemblies that increased, was not balanced with worth church services. So that less assemblies knew Christianity. It effected in decreasing the assemblies Tunjungrejo itself in 1971. An advise for the next researcher that could reasearch about GKJW’s improvement in Tunjungrejo Lumajang since 1932 – 1954. The time limit is in 1932, because GKJW was claimed by Dutch government which mention Christianity confederation with Oost Javaansche Kerk. In 1954 GKJW Tunjungrejo already had the first ministry named Pdt. Renggo.